Postingan

Gambar
Pada sekitar abad XVIII, raja / penglingsir di PURI AGUNG SERONGGA, kala itu, Ida Anak Agung Gde Kepandean, yang juga seorang seniman, membuat 2 (dua) petapakan dalam wujud Barong Ket. o Karena suatu pertimbangan, Barong Ket pertama tidak dipakai dan diserahkan kepada A.A. Gede Kesiman di Puri Siangan, Gianyar. o Barong ke dualah yang akhirnya diputuskan dijadikan sungsungan (dipasupati) masyarakat Serongga. Dalam perjalanan selanjutnya, masyarakat Serongga malah merasa sangat terbebani dengan keberadaan sungsungan ini, pasalnya: beliu menghendaki beberapa permintaan yang sulit bisa dilaksanakan oleh para panjak-nya, antara lain: o Setiap ngelawang harus diiringi oleh 200 orang iringan / panjak o Menghaturkan persembahan (sodaan) berupa telor ablembengan o Bila tidak ada rangkaian upacara atau piodalan, yang biasanya setiap petapakan di simpen dengan jalan ditebes atau di punggel (= kepala barong dilepas dari badannya selanjutnya disimpan disebuah tempat)> Dalam hal ini beliau ...